Faktor-faktor Tuberkulosis Paru: Analisis Spasial
Abstract
Latar Belakang: Banyumas merupakan salah satu kabupaten dengan dengan jumlah kasus tuberkulosis (TB) paru Basil Tahan Asam Positif (BTA+) tertinggi di Jawa Tengah. Dibutuhkan identifikasi faktor risiko sebelum melakukan upaya pengendalian TB sehingga pelaksanaan program dapat disesuaikan dengan kondisi wilayah dan sumber dayanya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian TB paru BTA+ di Kabupaten Banyumas.
Metode: Penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan studi ekologi dan unit analisis kecamatan dilakukan di Kabupaten Banyumas. Data agregat berupa data faktor risiko tahun 2019 dan 2021. Penelitian ini dilakukan sejak November-Desember 2022. Analisis yang dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat, dan spasial.
Hasil: Faktor yang berhubungan dengan kejadian TB paru BTA+ di Kabupaten Banyumas pada 2019 adalah jumlah bayi yang diimunisasi BCG (p=0,005) dan jumlah rumah sehat (p=0,006). Pada tahun 2021 faktor yang berhubungan adalah jumlah bayi yang diimunisasi BCG (p=0,000), jumlah rumah sehat (p=0,000), jumlah rumah tangga ber-PHBS (p=0,001), jumlah balita gizi buruk (p=0,011), dan jumlah kasus HIV/AIDS (p=0,050). Berdasarkan pemetaan secara spasial didapatkan hasil wilayah berisiko tinggi TB paru BTA+ pada tahun 2019 terdiri dari 5 kecamatan, jumlah ini meningkat menjadi 10 kecamatan pada 2021.
Kesimpulan: Faktor yang tetap berhubungan dengan kejadian TB paru BTA+ di Kabupaten Banyumas pada tahun 2019 dan 2021 adalah jumlah bayi diimunisasi BCG dan jumlah rumah sehat.
Factors of Pulmonary Tuberculosis: Spatial Analysis
Background: Banyumas is one of the districts with the highest number of cases of pulmonary tuberculosis (TB) positive acid fast bacilli (AFB+) in Central Java. It is necessary to identify risk factors before carrying out TB control efforts so that program implementation can be adapted to regional conditions and resources. The purpose of this study was to determine the risk factors associated with the incidence of AFB+ pulmonary TB in Banyumas District.
Methods: A quantitative descriptive study with an ecological study approach and sub-district analysis units was held in Banyumas Regency. Risk factor data for 2019 and 2021 were aggregate data. This research was conducted from November to December 2022. The analysis carried out included univariate, bivariate and spatial analysis.
Result: Factors related to the incidence of AFB+ pulmonary TB in Banyumas Regency in 2019 were the number of babies immunized with BCG (p=0.005) and the number of healthy homes (p=0.006). In 2021, the related factors are the number of babies immunized with BCG (p=0.000), the number of healthy homes (p=0.000), the number of households with PHBS (p=0.001), the number of severely malnourished children under five (p=0.011) and the number cases of HIV/AIDS (p=0.050). Based on spatial mapping, the results showed that the high-risk areas for AFB+ pulmonary TB in 2019 consist of 5 sub-districts, this number increased to 10 sub-districts in 2021.
Conclusion: Factors that remain associated with the incidence of AFB+ pulmonary TB in Banyumas Regency in 2019 and 2021 were the number of babies immunized with BCG and the number of healthy homes.
References
Nurjana AM. Faktor Risiko Terjadinya tuberkulosis paru Usia Produktif (15-49 Tahun) di Indonesia. Media Litbangkes. 2015;
WHO. Global Tuberculosis Report 2021. Geneva: World Health Organization; 2021.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia Tahun 2020. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2021. 139 hal.
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas Tahun 2019. Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas; 2020.
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas Tahun 2020. Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas; 2021.
Bupati Banyumas. Peraturan Bupati Banyumas Nomor 50 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Tuberkulosis Kabupaten Banyumas Tahun 2018-2023. 2018;
Pangaribuan L, Kristina, Perwitasari D, Tejayanti T, Lolong DB. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis pada Umur 15 tahun ke Atas di Indonesia (Analisis Data Survei Prevalensi Tuberkulosis (SPTB) Di Indonesia 2013-2014). Bul Penelit Sist Kesehat. 2020;23(1):10–7.
Prihanti SG, Sulistiyawati, Rahmawati I. Analisis faktor risiko kejadian tuberkulosis paru. Saintika Med. 2017;11(2):127.
Patterson B, Wood R. Is cough really necessary for TB transmission? Tuberculosis. 2019;117(January):31–5.
BPS. Rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk. Badan Pusat Statistik. 2011.
Samsugito I, Hambyah. Hubungan Jenis Kelamin Dan Lama Kontak Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Rumah Sakit A. Wahab Sjahranie Samarinda. J Kesehat Pasak Bumi Kalimantan. 2018;1(1):28–40.
Dotulong JFJ, Sapulete MR, Kandou GD. Hubungan faktor risiko umur, jenis kelamin dan kepadatan hunian dengan kejadian penyakit TB paru di Desa Wori Kecamatan Wori. J Kedokt Komunitas Dan Trop. 2015;3(2):57–65.
Nurkumalasari, Wahyuni D, Ningsih N. Hubungan Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru dengan Hasil Pemeriksaan Dahak di Kabupaten Ogan Ilir. J Keperawatan Sriwij. 2016;3(2355):51–8.
Hastuti T, Ahmad LOAI, Ibrahim K. Analisis spasial, korelasi dan tren kasus TB paru BTA positif menggunakan web sistem informasi geografis di Kota Kendari Tahun 2013-2015. 2016;(July):1–23.
Lolong D, Simarmata O, Herawati M, Sihombing N, Tobing K, Nugraheini W, et al. Studi evaluasi deteksi kasus TBC dengan Tes Cepat Molekuler (TCM) di Indonesia. 2018;1(1):1–198.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Penguatan Lab TBC di Bali. 2019.
IDI. Penataan Sistem Pelayanan Kesehatan Rujukan. 2016;6–11.
Siwiendrayanti A, Sukendra DM, Arofah D. Analisis Spasial dan Temporal Persebaran Kasus Baru TB Paru BTA (+) di Kabupaten Batang. J Kesehat Lingkung Indones. 2018;17(2):95.
Fakri P, Fitriangga A, Pramulya M. Analisis Spasial Sebaran dan Faktor Resiko Lingkungan pada Kasus TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Rasau Jaya. Ilmu Kesehat Masy Untan. 2017;1(1):1332–43.
Sari LD. Pastikan Tepat Sasaran, Ganjar Cek Penerima Rumah Sehat Layak Huni di Banyumas. Medcom.id; 2022.
Sihaloho ED, Amru DS, Agustina NI, Purba Tambak HS. Pengaruh Angka Kemiskinan Terhadap Angka Tuberkulosis Di Indonesia. JABE (Journal Appl Bus Econ. 2021;7(3):325.
Andika N, Nitami M. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tb Paru Bta (+) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tamansari Jakarta Barat Tahun 2018. J Ilmu Kesehat Masy. 2018;7(01):25–32.
Thalagala N. Early Child Developmental Standards for Sri Lankan Infants and Toddlers. 2013;1–85.
Arimaswati, S H, Sudiro TY, Ode K La, Indrayani NN. Analisis Faktor Kejadian TB Paru di Kabupaten Buton Tengah. J Nurs Updat. 2022;13(1).
Hakim RN. Pengaruh Jumlah Kasus HIV/AIDS dan Cakupan Rumah Sehat terhadap Jumlah Kasus Tuberkulosis di Provinsi Jawa Timur. J Biometrika dan Kependud. 2019;7(2):141.
Muchtar NH, Herman D, Yulistini Y. Gambaran Faktor Risiko Timbulnya Tuberkulosis Paru pada Pasien yang Berkunjung ke Unit DOTS RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2015. J Kesehat Andalas. 2018;7(1):80.
Fatriany E, Herlina N. Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas : Literature Review. Borneo Student Res. 2020;2(1):158–65.
Sari NN. Analisis Spasial Tuberkulosis Paru BTA Positif Ditinjau dari Faktor Lingkungan Fisik dan Sosial Ekonomi di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2018-2020. Siliwangi; 2021.
Mutassirah, Sulislawati A, Ibrahim AI. Analisis spasial kejadian tuberkulosis di Dataran Rendah Kabupaten Gowa. Hig J Kesehat Lingkung. 2017;3(3):145–51.
Meylan PRA, Richman DD, Kornbluth RS. Reduced intracellular growth of mycobacteria in human macrophages cultivated at physiologic oxygen pressure. Am Rev Respir Dis. 1992;145(4).
Haq A, Achmadi UF, Susanna D. ANALISIS SPASIAL (TOPOGRAFI) TUBERKULOSIS PARU DI KOTA PARIAMAN, BUKITTINGGI, DAN DUMAI TAHUN 2010-2016. 2020;
Olender S, Saito M, Apgar J, Gillenwater K, Bautista CT, Lescano AG, et al. Low prevalence and increased household clustering of Mycobacterium tuberculosis infection in high altitude villages in Peru. Vol. 68, American Journal of Tropical Medicine and Hygiene. 2003. hal. 721–7.
Eirin G. Aktivitas Penduduk yang Dominan Terjadi di Wilayah Dataran Rendah. Bobo; 2021.
Surjati E. Pola Spasial Persebaran Penyakit TB Paru Di Kota Malang. JPIG (Jurnal Pendidik dan Ilmu Geogr. 2020;5(1):33–45.
Mushtaq MU, Shahid U, Abdullah HM, Saeed A, Omer F, Shad MA, et al. Urban-rural inequities in knowledge, attitudes and practices regarding tuberculosis in two districts of Pakistan’s Punjab province. Int J Equity Health. 2011;10(1):8.
Amallia A, Kusumawati A, Prabamurti PN. Perilaku Masyarakat dalam Pencegahan Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Manyaran Kota Semarang. MEDIA Kesehat Masy Indones. 2021;
Noerhalimah T. Cakupan PHBS Skala Rumah Tangga Dan Proporsi Rumah
Sehat Dengan Kejadian Tuberkulosis di Jawa Barat. Jph Recode. 2020;4(1):28–42.
Satria K. Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian TB Paru di Puskesmas Siliragung Kabupaten Banyuwangi. 2020;
Effendi HE. Mobilitas Masyarakat di Banyumas Masih Tinggi selama PPKM Darurat. Cendana News. 2021;
Copyright (c) 2023 Nadia Hasnanisa, Sabarinah Prasetyo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with this Journal agree to the following terms: (Download Copyright Notice)
1. Author retains copyright and grants the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a creative commons attribution license that allows others to share the work within an acknowledgment of the work’s authorship and initial publication of this journal.
2. Authors are able to enter into a separate, additional contractual arrangement for the non-exclusive distribution of the journal’s published version of the work (e.g. acknowledgment of its initial publication in this journal).
3. Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g. in institutional repositories or on their websites) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published works.
4. User/public use of this website will be licensed to Creative Commons Attribution-ShareALike 4.0 International (CC BY-SA 4.0) License.